Rabu, 07 Mei 2014

99 Cahaya di Eropa Mimpi Yang Menjadi Nyata

Tanggal 14 Desember 2013 kemarin setelah kecewa karena ada acara kopdar dengan costesmania  yang gagal akhirnya aku samperin misua dan anak-anak yang terpaksa ikut kerja ayahnya ke Mall karena mau ditinggal kopdar. Untuk mengobati rasa kecewaku karena nggak jadi ketemu teman-teman, akhirnya kami memutuskan untuk nonton. Kebetulan pekerjaan ayahnya sudah selesai. Film nya pun film yang kutunggu-tunggu yaitu 99 Cahaya di Eropa. Nontonnya udah sore .

Gambar
Tiket Nonton


Melihat film 99 Cahaya Eropa seperti melihat perjalanan kami hampir 1,5 tahun yang lalu. Tempat-tempat untuk syuting yang menggambarkan pertemuan Marion dan Hanum di pinggir sungai Seine, Museum Louvre, menara Eifel dan jalan-jalan sepanjang Paris mengingatkanku akan Paris. Sebuah kota yang sangat indah. Meskipun cuma tiga hari menginjakkan kaki disana rasanya begitu berkesan.



CIMG0766
Eifel tempat Rangga adzan

Dikisahkan dalam film 99 Cahaya di Eropa ini Rangga adzan diatas menara Eifel. Dari atas menara Eifel ini juga tampak monumen-monumen penting di Paris yaitu Arc De Triomphe yang mempunyai  sebagai  garis lurus sempurna dengan Museum Lovre . Garis lurus imajiner ini membelah kota Paris dan disebut  Axe historique yang menuju satu titik  yaitu Mekah.

Arc De Triomphe
Arc De Triomphe


Foto ini adalah Arc De Triomphe salah satu monumen yang terkenal di Paris. Btw di sekitar Arc De Triomphe ini banyak copet lho. Oleh pemandu kami , kami diingatkan. Dan tak dinyana saat rombongan kami disana, kami melihat secara langsung aksi si copet dengan target turis di depan kami. Modusnya dengan menjatuhkan uang koin di depan turis. Dan nanti dia pura-pura sibuk mencari uang koinnya yang jatuh. Si turis akan membantu dia mencari koinnya. Saat turis lengah dia akan mengambil  dompet target. Sayangnya saat itu aksinya tidak berhasil karena turis yang dijatuhin koin lempeng aja jalannya dan tidak ikut-ikutan mencari koin. Tentu saja kami yang di belakangnya senyum-senyum sendiri melihat aksi si copet.

Bagian dalam museum Louvre
Bagian dalam museum Louvre


Di Paris kami juga ke Museum Lovre. Di dalam film 99 Cahaya di Eropa  digambarkan ada lukisan  Bunda Maria yang bertuliskan arab dan ada bacaan Laa ilaaha illAllah. Kebetulan saat itu karena antrian panjang dan waktu terbatas , kami hanya berjalan-jalan di museum tapi tidak masuk ke galeri tempat lukisan-lukisan berada. Tapi lumayan lah bisa jalan-jalan dan berfoto di Piramida yang ada di Museum Louvre.

Di depan Museum Lovre
Di depan Museum Lovre


Selain Arc De Triomphe, Menara Eifel dan Museum Lovre Paris juga mempunyai Sungai Seine yang sangat indah dan membelah kota Paris. Rasanya seperti mimpi bisa menyusuri kota Paris di atas kapal di atas sungai Seine. Di film 99 Cahaya di eropa juga digambarkan keindahan Sungai Seine.



Setelah lelah mengelilngi Paris, di hari ketiga kami juga mengunjungi Istana Versailles. Istana ini sangat indah. Banyak lukisan-lukisan Napoleon beserta keluarganya disana. Ada juga ranjang atau tempat tidur dan banyak barang berharga peninggalan Napoleon disana. Tak henti mulut berdecak kagum melihat keindahan istana dengan karpet-karpet mewah di dalamnya. Chaetau de Versailles ini merupakan salah satu warisan budaya dunia yang dilestarikan oleh UNESCO.

Dahulu kala, tahun 1682, Versailles menjadi pusat kekuatan politik oleh Raja Louis IV setelah pindah dari kota Paris. Bangunan ini dimulai dibangun tahun 1661 untuk memenuhi hasrat dari Raja Louis IV, dan secara resmi berdiri pada tanggal 6 Mei 1682. Dan diteruskan sampai Louis XIV.

Bagian luar komplek Istana Versailles
Bagian luar komplek Istana Versailles


Btw tiga hari yang indah di Paris. Kerennya lagi si pemandu ini juga memandu putra presiden SBY yang pertama saat bulan madu bersama istrinya ke Paris. trus memandu siapa ya..itu lho..penulis yang bikin novel berlatar belakang  Eropa  saat jalan-jalan ke Paris. Lupa nama penulisnya, tapi pernah lihat bukunya di Gramedia. Bahasa Indonesianya fasih banget dan pengetahuan tentang sejarah Prancis top markotop. Sepertinya sih dia pemandu mahal disana. Sayang lupa namanya.

Selama menginap di Paris kami menginap di Mercure Paris. Lokasinya bersebelahan dengan staisun kereta api besar Gare du Nord dan stasiun kota Paris. Pelayanannya memuaskan. Ada juga mbak asli Indonesia yang bekerja sebagai petugas di ruang makan sebagai penerima tamu. Ada juga pegawai asal Afrika yang muslim. Dan tampaknya dia takjub melihat perempuan berjilbab ada di hotelnya. Sepertinya dia senang ada teman muslim di negeri minoritas muslim.  Dengan ramah dia bertanya. " Are you moslem? " Dan  selalu menyapa Assalamualaikum kepadaku dan suami saat kami breakfast. Dia juga menerangkan mana makanan halal dan mana yang haram alias pork.

Hotel Mercure tempat menginap
Hotel Mercure tempat menginap


Di dalam stasiun Gare Du North
Di dalam stasiun Gare Du North


Rasanya seperti mimpi ya bisa menginjakkan kaki di Paris dan Eropa gratis. Awalnya nggak percaya dan seperti mimpi. Berawal dari akhir tahun 2011 saat membaca buku 99 Cahaya di Eropa. Saat itu masih cetakan ke 11. Dan sampulnya pun masih sampul lama. Membaca novel itu sekitar November 2011 dalam waktu dua jam di kamar bersama adikku yang kebetulan sedang berkunjung ke rumah. Kebetulan dia habis beli novel ini. Trus karena pinjam terpaksa dua jam harus tamat. Waktu menunjukkan pukul 11 malam saat novel selesai kubaca. Iseng kubilang sama adikku. " Nduk kok baca ini jadi pengin ke Eropa ya? ". haha..khayal ya Nduk..dan kami pun tertawa bersama sebelum tidur. Tentu saja dengan impian mustahil. Jalan-jalan ke Eropa.

Buku yang kubaca sampulnya masih ini
Novel 99 Cahaya di Eropa


Sungguh Allah mengetahui mimpi hambanya. Tanpa disangka suatu siang aku ditelepon oleh Unilever dan mengabarkan kalau salah satu tulisanku menang sebagai salah satu pemenang lomba menulis berhadiah jalan-jalan ke Paris dan Eropa selama 9 hari. Subhanallah...rasanya seperti mimpi. Dan nikmat manakah yang kamu dustakan. Dan he we are...di Paris...seperti yang diceritain di atas. Semua berawal dari Novel 99 Cahaya Di Eropa. Baca bukunya , pengin kesana , kesampaian dan baru liat filmnya.

Bersama para pemenang siap-siap berangkat dari Soeta
Bersama para pemenang siap-siap berangkat dari Soeta



Last...Meskipun terlambat Terima kasih kepada Unilever, Bayu Buana Travel dan Pak Nurdin sebagai guidenya dan Mas Chandra sebagai fotografer yang disewa Unilever khusus untuk meliput kegiatan kami . Satu setengah tahun berselang sejak Juli 2012 namun baru sempat menuliskan ini.Semua berawal dari mimpi yang menjadi nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar