Rabu, 10 September 2014

Menyusuri Jejak Sangkuriang di Tangkuban Perahu

Jumat siang awal September lalu , kami bertolak dari Sari Ater menuju Tangkuban Perahu. Ternyata jaraknya dekat sekali. Sekitar lima belas  menit perjalanan santai naik mobil. Ini adalah perjalanan keduaku di Tangkuban Perahu. Perjalanan pertama kami sekitar 5 tahun yang lalu saat anak-anak masih kecil. Dan sekarang kami ingin kesana kembali. Kebetulan anak-anak sudah besar dan mereka juga tertarik dengan cerita rakyat.  Jadi tidak ada salahnya kami kesana lagi bersama anak-anak yang antusias mendengar legenda Sangkuriang.



Sumber cerita ini saya ambil dari Wikipedia . Awalnya diceritakan di kahyangan ada sepasang dewa dan dewi yang berbuat kesalahan, maka oleh Sang Hyang Tunggal mereka dikutuk turun ke bumi dalam wujud hewan. Sang dewi berubah menjadi babi hutan (celeng) bernama celeng Wayung Hyang, sedangkan sang dewa berubah menjadi anjing bernama si Tumang. Mereka harus turun ke bumi menjalankan hukuman dan bertapa mohon pengampunan agar dapat kembali ke wujudnya menjadi dewa-dewi kembali.

Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara tengah pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan), dalam versi lain disebutkan air kemih sang raja tertampung dalam batok kelapa. Seekor babi hutan betina bernama Celeng Wayung Hyang yang tengah bertapa sedang kehausan, ia kemudian tanpa sengaja meminum air seni sang raja tadi. Wayung Hyang secara ajaib hamil dan melahirkan seorang bayi yang cantik, karena pada dasarnya ia adalah seorang dewi. Bayi cantik itu ditemukan di tengah hutan oleh sang raja yang tidak menyadari bahwa ia adalah putrinya. Bayi perempuan itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang amat cantik jelita. Banyak para raja dan pangeran yang ingin meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.

Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permintaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik menenun kain, torompong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah bale-bale. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya, jika perempuan akan dijadikan saudarinya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Akibat perkataannya itu Dayang Sumbi harus memegang teguh persumpahan dan janjinya, maka ia pun harus menikahi si Tumang. Karena malu, kerajaan mengasingkan Dayang Sumbi ke hutan untuk hidup hanya ditemani si Tumang. Pada malam bulan purnama, si Tumang dapat kembali ke wujud aslinya sebagai dewa yang tampan, Dayang Sumbi mengira ia bermimpi bercumbu dengan dewa yang tampan yang sesungguhnya adalah wujud asli si Tumang. Maka Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang kuat dan tampan.

Suatu ketika Dayang Sumbi tengah mengidamkan makan hati menjangan, maka ia memerintahkan Sangkuriang ditemani si Tumang untuk berburu ke hutan. Setelah sekian lama Sangkuriang berburu, tetapi tidak nampak hewan buruan seekorpun. Hingga akhirnya Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk melarikan diri. Sangkuriang menyuruh si Tumang untuk mengejar babi hutan yang ternyata adalah Celeng Wayung Hyang. Karena si Tumang mengenali Celeng Wayung Hyang adalah nenek dari Sangkuriang sendiri maka si Tumang tidak menurut. Karena kesal Sangkuriang menakut-nakuti si Tumang dengan panah, akan tetapi secara tak sengaja anak panah terlepas dan si Tumang terbunuh tertusuk anak panah. Sangkuriang bingung, lalu karena tak dapat hewan buruan maka Sangkuriang pun menyembelih tubuh si Tumang dan mengambil hatinya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, suaminya sendiri, maka kemarahannya pun memuncak serta-merta kepala Sangkuriang dipukul dengan sendok yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga terluka.

Sangkuriang ketakutan dan lari meninggalkan rumah. Dayang Sumbi yang menyesali perbuatannya telah mengusir anaknya, mencari dan memanggil-manggil Sangkuriang ke hutan memohonnya untuk segera pulang, akan tetapi Sangkuriang telah pergi. Dayang Sumbi sangat sedih dan memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar kelak dipertemukan kembali dengan anaknya. Untuk itu Dayang Sumbi menjalankan tapa dan laku hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan sayuran mentah (lalapan). Sangkuriang sendiri pergi mengembara mengelilingi dunia. Sangkuriang pergi berguru kepada banyak pertapa sakti, sehingga Sangkuriang kini bukan bocah lagi, tetapi telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, sakti, dan gagah perkasa. Setelah sekian lama berjalan ke arah timur akhirnya sampailah di arah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenali bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi - ibunya. Karena Dayang Sumbi melakukan tapa dan laku hanya memakan tanaman mentah, maka Dayang Sumbi menjadi tetap cantik dan awet muda. Dayang Sumbi pun mulanya tidak menyadari bahwa sang ksatria tampan itu adalah putranya sendiri. Lalu kedua insan itu berkasih mesra. Saat Sangkuriang tengah bersandar mesra dan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah putranya, dengan tanda luka di kepalanya, bekas pukulan sendok Dayang Sumbi. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi sekuat tenaga berusaha untuk menolak. Maka ia pun bersiasat untuk menentukan syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi Sangkuriang. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.

Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung Bukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan menjadi Gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang (makhluk halus), bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar niat Sangkuriang tidak terlaksana. Dayang Sumbi menebarkan helai kain boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), maka kain putih itu bercahaya bagai fajar yang merekah di ufuk timur. Para guriang makhluk halus anak buah Sangkuriang ketakutan karena mengira hari mulai pagi, maka merekapun lari menghilang bersembunyi di dalam tanah. Karena gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, Sangkuriang menjadi gusar dan mengamuk. Di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban Perahu.

Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang lari menghindari kejaran anaknya yang telah kehilangan akal sehatnya itu. Dayang Sumbi hampir tertangkap oleh Sangkuriang di Gunung Putri dan ia pun memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar menyelamatkannya, maka Dayang Sumbi pun berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung berung akhirnya menghilang ke alam gaib (ngahiyang )

Perjalanan kesana disambut dengan sebuah gerbang bertuliskan Selamat Datang Di Tangkuban Perahu.  Selanjutnya hutan lebat di kanan kiri dan jalan yang berkelak - kelok mengiringi perjalanan kami ke Tangkuban Perahu. Biaya masuk ke taman wisata Tangkuban Perahu ini adalah 17 ribu per orang dan 10 ribu rupiah untuk mobil.


gerbang



berkelak-kelok

Hutan di kanan kiri








Beberapa ratus meter sebelum kawah terbesar  kita melewati Kawah Domas. Oya Gunung Tangkuban Perahu adalah gunung berapi yang masih aktif dan ada 9 kawah disana diantaranya adalah kawah Domas, Kawah Upas  dan kawah Ratu. Kawah Upas dan Kawah Ratu adalah dua kawah terbesar yang terletak bersebelahan.



kawah Domas



parkiran kawah Domas




Beberapa ratus meter dari kawah Domas ini kita temukan Pos Pengamatan  Gunung Berapi. Maklum Gunung Tangkuban Perahu ini adalah Gunung yang masih aktif. Bau belerang tercium sepanjang perjalanan menuju kesana.

Pos Pengamatan Gunung Berapi


Tidak jauh dari sini kita temukan papan penunjuk arah menuju Gunung Tangkuban Perahu dan Kawah Ratu serta menuju area outbond.

petunjuk arah


Akhirnya sampai juga kami di Tangkuban Perahu. Karena hari Jumat dan bukan hari libur suasana di Tangkuban Perahu tidak seramai hari biasanya. Parkiran mobil pun sepi, hanya tampak beberapa mobil dan beberapa pengunjung di tempat wisata ini.


Tangkuban Perahu



Gunung Tangkuban Perahu ini terletak sekitar 2000 meter diatas permukaan laut. Udaranya masih sejuk namun sekarang sudah tidak begitu dingin seperti beberapa tahun yang lalu saat kami berkunjung ke sana.




Karena pemandangan di atas tampaknya lebih asyik akhirnya kami olah raga mendaki ke atas demi mendapatkan pemandangan yang oke punya. Tidak masalah buat anak-anak dan ayahnya. Namun emak satu yang jarang olah raga ini cukup ngos-ngosan.






semangat sampai puncak



Finally sampai Puncak juga setelah ngos-ngosan. Sampai di atas ternyata sudah ada dua turis dari Arab yang sudah sampai disana duluan. Subhanallah pemandangannya indah sekali. Di Puncak ini ada area hutan yang oke banget buat foto-foto . Ada juga tempat buat istirahat.





Alhamdulilah anak-anak senang dengan perjalanan kali ini. Bisa menikmati pemandangan indah sekaligus belajar legenda Sangkuriang. Cerita rakyat yang semakin dilupakan dengan film-film barat dan film - film modern lainnya. Sampai ketemu lagi Tangkuban Perahu. We'll Miss You.

























10 komentar:

  1. Di situ pastinya dingin ya mbaknya, kalau lihat dari foto-foto lokasinya sepertinya tempatnya asik ya mbak :)

    BalasHapus
  2. di fotonya terlihat agak sepi ya sekarang pengunjungnya

    BalasHapus
  3. Iya tempatnya sih asyik.Dulu masih terasa dingin.Kalau sekarang cuma terasa sejuk tidak sedingin dulu.Terima kasih ya sudah berkunjung

    BalasHapus
  4. Sepi karena hari Jumat mbak Lidya.Dan pas orang Jumatan.Kalau weekend sepertinya masih rame.

    BalasHapus
  5. Quite good publish. I merely located your website and desired to declare that I've seriously loved surfing around your blog page blogposts. Regardless I am registering to your feed and i'm wishing you're just as before quickly!

    BalasHapus
  6. Okay...thanks for reading my blogposts. Hope you enjoy reading it.

    BalasHapus
  7. huwa belum pernah kesana mak, karna tulisannya jadi berasa menikmati tangkupan perahu langsung, keren :)

    BalasHapus
  8. Main ke sana yuk Mak Rodame. Bogor Bandung kan dekat. Hihi....

    BalasHapus
  9. Dongeng memang petnnig untuk anak, dalam rangka melatih imajinasinya. Anak saya IHSAN 3 tahun. klau dengar saya mendongeng ia perhatikan dengan seksama. Setelah selesai mendongeng selalu saya kasih petanyaan dari intisari dongeng yang sudah saya sampaikan, Wah luar biasa, 95 % anak saya bisa menjawab dengan tepat. Nah, kalau ini dibiasakan, imajinasi anak kita bisa terlatih dengan baik.

    BalasHapus
  10. Yuup setuju. Trima kasih sudah berkunjung kemari. Dongeng memang bisa melatih imajinasi anak kita. Bagus juga untuk perkembangan ya.

    BalasHapus