Hari masih pagi.....beberapa orang hilir mudik lewat depan rumah nenekku untuk pergi ke MCK yang ada di belakang rumah nenek. Sementara suara gergaji kayu terdengar dari rumah Pak Yani di seberang sungai. Aku mengintip aktivitas itu dari jendela. Rumah nenek hanya dipisahkan oleh sungai kecil dengan rumah Pak Yani. Tiap pagi sampai malam suara gergaji itu terdengar. Berhenti saat waktu makan dan sholat. Sungguh Pak Yani seorang pekerja keras.
Akhirnya aku menyempatkan diri ke rumah Pak Yani dan ngobrol sedikit tentang aktivitasnya. Pak Yani tetanggaku ini adalah salah satu dari sekian perajin kayu yang ada di desaku. Namun kini ada yang berubah. Jika dulu perajin memasarkan produknya langsung ke konsumen dan pergi ke kota-kota besar. Kini cukup online di rumah saja.
![]() |
dok.pri |
Pak Yani bercerita kalau sekarang hampir semua perajin berjualan online lewat internet termasuk dirinya. Namun karena keterbatasan, Pak Yani baru menjual produknya melalui facebook dan belum terjun di e-commerce. Saat aku bertanya siapa yang jualan melalui e-commerce, Pak Yani langsung menyebut nama Mbak Siti. Mbak Siti ini adalah tetangga kecilku dulu. Setelah ngobrol dengan Pak Yani aku pindah berkunjung ke rumah Mbak Siti. Dari Mbak Siti aku tau kalau banyak perajin yang berjualan melalui e-commerce.
Sebagai penjual online, Mbak Siti ini termasuk pemula. Baru dua tahun belakangan dia ikut berjualan online. Dia mengambil barang dari kakaknya yang perajin. Sebagai ibu rumah tangga dia merasa sangat terbantu. Pesanan dari online kira kira 25 pesanan atau 25 resi setiap bulan. Satu pesanan minimal 100 pieces. Jadi meski dari rumah dia bisa berjualan online. Sambil momong anak-anak, mencuci dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya, dia bisa mendapatkan penghasilan untuk membantu perekonomian keluarganya.
Karena masih suasana lebaran, perajin belum mulai bekerja. Jadi aku fotoin aja alat untuk membikin souvenir kayu yang ada di depan rumah Mbak Siti ini. Saat aku bertanya dia pakai Internet Provider apa untuk berjualan online, dia bilang dia pakai wifi IndiHome. Sebulan 250 ribu dan sharing dengan Mas Jum kakaknya di rumah sebelah. Menurutnya IndiHome ini membantu sekali dia berjualan online. Maklum untuk provider yang menggunakan kartu SIM tertentu, sinyalnya timbul tenggelam di desaku.
![]() |
Mbak Siti dan produknya (dok.pri) |
Selanjutnya Mbak Siti menunjukkan modem IndiHome yang dia pasang di langit-langit rumah.
" Niku mbak, IndiHome nya kulo pasang dateng nginggil, sambil tangannya menunjuk IndiHome yang dipasang di langit-langit rumah. Sebulan 250 ribu, kulo patungan kaliyan Mas Jum, " katanya.
Artinya kurang lebih adalah Mbak Siti berlangganan IndiHome 250 ribu sebulan patungan berdua dengan kakaknya sambil menunjukkan modem IndiHomenya yang dipasang di langit-langit rumahnya.
Setelah pamitan dengan Mbak Siti, aku menuju ke rumah sepupu Mbak Siti. Namanya Mas Anwar. Mas Anwar ini termasuk salah satu pemain e- commerce terbesar di desaku. Dulu dia teman main almarhum adikku.
Karena masih suasana lebaran, aktivitas packing dan perajin belum aktif di rumah Mas Anwar. Aku memilih ngobrol saja tentang aktivitasnya sekarang. Mas Anwar ini dulunya selain perajin juga berjualan offline. Karena bangkrut, beliau belajar untuk berjualan online.
Sebagai lulusan pesantren dan tidak mengenyam bangku kuliah awalnya Mas Anwar tidak pede dan merasa minder untuk terjun di bisnis online. Namun dengan semangat dan support istrinya beliau belajar secara otodidak dan sukses seperti sekarang.
Produk Mas Anwar sama seperti Mbak Siti sepupunya. Tapi lebih lengkap. Beberapa souvenir pernikahan seperti centong kayu, talenan, sendok dan garpu, tempat gantungan kunci dan sebagainya.
![]() |
Produk souvenir Mas Anwar ( sumber : instagram Podomoro Souvenir) |
Terjun lima tahun lalu di bisnis online, Mas Anwar mengalami suka duka berjualan online. Dari seseorang yang belum pernah pegang laptop dan komputer kini beliau mempunyai dua komputer, dua laptop dan dua hp yang di pegang admin untuk membantu bisnisnya. Aku sempat minta ijin untuk melihat ruang kerjanya dan diperbolehkan meski belum ada aktivitas karena masih lebaran hari kelima.
![]() |
Ruang kerja Mas Anwar ( dok.pri) |
Di ruang sederhana ini aktivitas bisnis Mas Anwar berjalan. Dari membikin desain souvenir, mengisi konten instagram dan tiktok serta berjualan di beberapa e-commerce. Omset Mas Anwar dari e- commerce cukup menjanjikan. Dalam sebulan dia bisa mengirim 500 resi jika rame. Satu resi minimal 100 pieces souvenir. Itu baru dari satu e-commerce. Sungguh aku takjub. Tidak menyangka di kampung halamanku, di desa nenekku perputaran ekonomi melalui online ini besar.
Sebuah transformasi besar-besaran menurutku. Dulu sejak puluhan tahun lalu, sejak aku kecil desaku terkenal sebagai desa perajin tanduk. Produknya terkenal dimana-mana bahkan sampai luar negeri. Beberapa pejabat dan bapak menteri pun dulu pernah berkunjung ke desaku, sebuah desa di kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Waktu berjalan. Perlahan perajin tanduk mati suri satu persatu. Selain bahan baku tanduk kerbau yang susah didapat, pemasarannya pun susah. Dulu para perajin datang sendiri ke kota wisata seperti Yogyakarta dan Bali untuk memasarkan sendiri produknya. Namun lama kelamaan pasar kerajinan tanduk sepi. Juragan-juragan tanduk pun berjatuhan. Dari puluhan perajin hanya bertahan beberapa orang saja. Sekarang para perajin tanduk beralih ke souvenir pernikahan dari kayu.
Jujur aku salut sekali dengan Mas Anwar. Dari belajar otodidak mengoperasikan komputer yang merupakan barang baru untuknya, kini dengan komputer dan laptop yang dimilikinya bisa mengajarkan ke admin-adminnya. Bahkan Mas Anwar bisa membikin konten-konten sederhana melalui instagram dan tiktok untuk mengenalkan produknya ke masyarakat. Dampaknya produknya lebih dikenal masyarakat.
Konten instagram dan tiktoknya sederhana ya. Jangan bayangin seperti konten milik konten kreator profesional. Tapi dari konten-konten sederhana seperti cara pembuatan produk dan aktivitas packing produk souvenirnya, produknya makin dikenal masyarakat yang ingin souvenir unik dan murah untuk pernikahannya.
Dengan konten- konten sederhana dan jumlah follower yang belum terlalu banyak, lumayan bisa menambah jumlah penjualan karena instagram dilengkapi dengan no handphone sehingga orang-orang yang ingin membeli souvenir bisa kontak whats app dan diarahkan untuk transaksi di e commerce. Untuk penjualan di tiktok belum terlalu signifikan tapi lumayan untuk mengenalkan produk di masyarakat.
Ngomongin e-commerce nih sekarang. Terjun di e-commerce Podomoro souvenir sudah termasuk Star Shop di salah satu e-commerce dengan 14 ribu pengikut dan penjualan puluhan ribu pieces setiap bulannya. Kreatif sih menurutku karena di e-commerce ini beberapa produk dilengkapi dengan video konten dari pembuatan sampai pengemasan, jadi menambah nilai jual produk tersebut.
![]() |
Star shop Mas Anwar di salah satu e-commerce |
Ngobrol dengan Mas Anwar dan istrinya ini asyik banget, sambil mengenang masa kecil. Dia sepantaran almarhum adikku, sementara aku teman main kakaknya. Dari kisah masa kecil obrolan berlanjut ke bisnisnya.
Seru sekali mendengar cerita awal mula terjun di dunia online dan e-commerce sampai akhirnya mendapatkan buyer dari negara tetangga dan rutin tiap bulan kirim ke Malaysia. Mas Anwar dan istrinya ini bahkan pernah dua kali ke Malaysia untuk tanda tangan kontrak kerja sama. Lagi-lagi aku takjub. Dari rumah sederhana dan kerajinan souvenir kayu ini bisa membawa Mas Anwar ke negara tetangga.
Jujur aku salut sekali karena sekarang dari usahanya dia bisa memperkerjakan tiga puluhan orang. Dari tenaga produksi, packing, admin yang ngurusin barang sampai tenaga gudang dan kirim barang. Meski tidak mengenyam bangku kuliah, namun penghasilannya bisa melebihi sarjana di kampungku.
Dari beliau juga aku tau kalau di desaku ada sekitar 30 perajin yang aktif berjualan kerajinan melalui internet. Dan ini menjadi mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat di desaku. Untuk yang tidak berjualan online, mereka memilih untuk menjadi perajin saja, dan pemasarannya diserahkan kepada perajin yang berjualan online.
"Berjualan lewat internet ini efektif Mbak Nung, karena kita bisa menjual produk ke seluruh Indonesia tanpa harus keliling kota di Indonesia. Nggak kayak jaman kecil kita dulu mbak, dulu kan perajin datang sendiri ke Jogja, ke Bali dan belum tentu juga produknya langsung laku, " ujarnya.
Aku pun manggut-manggut mengiyakan. Karena semasa aku kecil memang perajin datang sendiri ke tempat wisata untuk memasarkan produknya. Banyak tetangga yang berjualan di tempat wisata.
Saat aku tanya dia pakai provider apa untuk konten-kontennya dan jualannya selama ini, Mas Anwar bilang dia pakai IndiHome dari Telkom Indonesia. Sudah sekitar lima tahunan pasang IndiHome untuk menunjang aktivitas online nya di rumah. Dengan kecepatan 10 Mbps cukup untuk menunjang usahanya dan dipakai oleh dua komputer, dua laptop dan dua hp.
![]() |
Modem di rumah Mas Anwar (dok.pri) |
Foto diatas adalah modem IndiHome yang dipasang di ruang tengahnya. Istrinya menjelaskan kalau mereka sangat terbantu sekali dengan adanya IndiHome untuk aktivitas usaha dan konten mereka.
" Kalau pakai pulsa mungkin bisa 50 ribu mbak sehari soalnya pakai hp, komputer dan laptop. Ini kalau pakai Internet Provider IndiHome sebulan cuma 250 ribu. Alhamdulilah irit banyak mbak Nung, " sambung istrinya.
Saat aku bertanya apakah cukup dengan kecepatan 10 Mbps, istri Mas Anwar bilang cukup. Meski sebenarnya beberapa kali ditawari sales IndiHome untuk menaikkan kecepatan.
"Alhamdulilah segini saja sudah cukup mbak untuk menunjang aktivitas online kami, "sambungnya.
Mas Anwar adalah salah satu dari puluhan perajin di desa Pucang kabupaten Magelang yang merasakan manfaat IndiHome. Beliau bilang kalau peran IndiHome untuk masyarakat perajin di desa Pucang ini sungguh besar. Bisa meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat.
Sebenarnya ada banyak pemain e-commerce dan berjualan online di desaku. Tapi karena rumah Mas Anwar ini hanya berjarak dua rumah dari rumah nenek dan kebetulan teman masa kecil, jadi lebih enak ngobrolnya.
Sayangnya karena masih lebaran, jadi tempat produksi Mas Anwar belum mulai. Pun gudangnya juga masih belum ditata karena lebaran. Aktivitas packing dan pengiriman juga belum mulai. Karena Mas Anwar dan istrinya malu berfoto maka aku minta ijin aja berfoto di tumpukan karung berisi kayu-kayu limbah kerajinan di belakang rumah.
![]() |
dok.pri |
Pengin lihat tempat produksi Mas Anwar sebenarnya. Tapi karena tempat produksinya belum mulai, aku menuju workshop Mbak Sari. Mbak Sari ini rumahnya juga dekat dari rumah nenek. Dipisahkan oleh sungai kecil dan hanya berjarak tiga rumah dari rumah nenek. Sayang pas aku kesana, Mbak Sari sedang berada di rumah mertuanya. Jadi aku hanya bertemu Mas Darwin kakaknya sekaligus teman mainku saat kecil.
Mas Darwin bilang produksi souvenir belum mulai karena masih lebaran. Biasanya produknya juga terjual ke seluruh Indonesia. Meski belum mulai, aku minta ijin Mas Darwin berfoto di workshop adiknya meski aktivitas belum dimulai.
![]() |
dok.pri |
![]() |
dok.pri |
Kira-kira seperti ini tempat dibuatnya kerajinan souvenir kayu. Sayang para pekerja belum mulai bekerja. Kalau Pak Yani karena punya workshop sendiri di rumahnya, dia sudah mulai bekerja meski masih lebaran hari kelima.
Besar di lingkungan perajin (meski keluargaku bukan perajin) aku masih terkaget-kaget dengan kemajuan para perajin di desaku. Selain Mas Anwar, Mbak Sari, Mbak Siti dan Pak Yani sebagai perajin souvenir yang berjualan online, sebenarnya masih ada beberapa perajin tanduk yang masih survive yang berjualan online juga . Tapi pangsa pasarnya yang berbeda. Jika perajin souvenir lebih ke lokal atau domestik, pangsa pasar perajin tanduk adalah luar negeri. Kita bahas kapan-kapan ya.
Sebagai pribadi aku ikut berterima kasih kepada IndiHome dari Telkom Indonesia yang telah ikut mendorong geliat pangsa pasar online di desaku. Menjadikan desaku lebih maju. Senang sekali saat lebaran tiba dan pulang kampung melihat masyarakat yang semakin luas wawasannya. Oya meski bukan perajin tapi sudah bertahun-tahun rumah nenekku juga pasang IndiHome. Jadi memudahkan anak cucu saat berkunjung untuk tetap bisa beraktivitas karena ada wifi. Terima kasih IndiHome. Semoga makin banyak UMKM dan perajin yang terbantu dengan adanya IndiHome.
Jaringan IndiHome tersebar di seluruh indonesia dan sinyalnya kuat ya jd mendukung bisnis online dimanapun berada
BalasHapusKeren ya..UMKM makin maju berkat IndiHome
BalasHapusWah ini menarik, bisa jadi ide jualan juga nih. Produk ramah lingkungan juga, dan saya juga punya di rumah.
BalasHapusBagus2 bangetttt hasil kerajinan kayu nya mbaa ππ. Seandainya aku belum nikah dan cari souvenir, pastj menghubungi mereka sih π.
BalasHapusKereeen, karena para pengrajin ini mau beradaptasi dengan dunia marketing yg sudah online. Krn kalo ttp bertahan offline, aku ga yakin penjualan mereka bakal sebagus skr.
Indihome itu masih yg terbaik memangπ. Aku pake ini udh sejak awal nikah, udah belasan tahun. Dari awal bilang ke suami, rumah wajib ada WiFi. Itu penting, Krn kalo ngandelin kartu provider biasa, bangkrut mba π€£π€£. Apalagi si merah nyedotnya cepet banget π.
Dan terbukti pas pandemi kan, butuh banget wifi dengan akses stabil dan cepet. Utk anak2 belajar di rumah, suami wfh juga, dan aku utk cari resep dan nonton Drakor biar ga bosen π€£. Ga kebayang kalo pake kartu telp biasa π
Senang sekali melihat para pelaku UKM itu sekarang ini sudah sangat2 melek dengan teknologi internet
BalasHapus