Senin, 18 November 2019

Pelestarian Cagar Budaya Indonesia Tanggung Jawab Kita Bersama



Hai semuanya bertemu kembali dengan fadevmother di sini. Kali ini bahasan kita agak lebih berat ya. Bukan sekedar tulisan traveling haha hihi. Yup kali ini kita akan berbicara mengenai cagar budaya.

Nah buat yang penasaran tentang apa itu cagar budaya bisa dilihat di bawah ini. Pengertian Cagar Budaya dalam UURI No. 11 Tahun 2010 :

Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”

Kebetulan beberapa kali mengunjungi cagar budaya baik yang berupa candi atau pun situs pemandian. Tulisan tentang cagar budaya yang berupa candi bisa dilihat di  sini :
Menyusuri Situs Purbakala Candi Penataran Blitar.  Perjalanan Menyusuri pemandian para bangsawan juga bisa dibaca di sini :
Menikmati Pemandian Para Bangsawan di Candi Umbul Magelang


Nah di tulisan kali ini aku ingin bicara tentang melestarikan cagar budaya berupa candi yaitu Candi Penataran. Sebelumnya mungkin perlu ditulis ulang buat yang belum tahu tentang candi ini.

Komplek percandian Penataran terletak dilereng sebelah barat daya  Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut di desa Penataran kecamatan Nglegok Blitar. Untuk sampai di lokasi percandian dapat ditempuh dari pusat kota Blitar ke arah utara yaitu ke jurusan makam Proklamator Bung Karno. Jarak dari kota sampai lokasi adalah 12 km. Bagi pengunjung yang datang dari Malang tidak perlu masuk kota sebab dapat ditempuh dengan perjalanan potong kompas lewat pertigaan Desa Garum belok kanan sejauh lebih kurang 5 km dari lokasi. Namun jalannya tidak cukup lebar.


Komplek percandian dilihat dari atas (dok.pri)


Riwayat Penemuan


Semenjak runtuhnya Kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu/Budha ditinggal begitu saja oleh masyarakat pendukungnya. Lama - kelamaan bangunan-bangunan suci yang tidak lagi digunakan menjadi terlantar dan tertimbun longsoran Tanah. Keadaannya semakin parah apabila batu-batunya diambil masyarakat untuk membuat rumah. Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai datangnya peneliti di permulaan  abad 19. Para peneliti mulai mengadakan rekonstruksi dan pemugaran situs-situs purbakala. Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles letnan gubernur Jendral pemerintah kolonial Inggris yang berkuasa di Indonesia pada waktu itu.


Secara keseluruhan Candi Penataran menempati areal tanah eluas 12.946 meter persegi berjajar dari barat laut ketimur kemudian berlanjut ke tenggara. Susunan komplek percandian Penataran menarik karena letak bangunan yang satu dengan yang lainnya berhadap-hadapan terus ke belakang yang sepintas kelihatannya agak membingungkan. Susunan bangunan mirip dengan susunan pura-pura di Bali. Dalam sususan seperti ini bagian halaman yang terletak paling belakang adalah yang paling suci karena disini terdapat bangunan pusat atau bangunan induknya.

Pintu masuk komplek percandian ini adalah undak-undakan menurun. Kemudian kita akan menemukan dua buah arca penjaga pintu. Angka tahun yang tertera dalam landasan arca adalah 1424 Saka dalam huruf Jawa Kuno atau 1320 Masehi. Selanjutnya kami memasuki tempat petugas menerima tamu. Tidak ada biaya khusus yang dikenakan jika kita memasuki areal percandian. Kita hanya disuruh mengisi buku tamu dan memasukkan uang kas seikhlasnya untuk pemeliharaan candi. Kita juga boleh membeli buku tentang Candi Penataran yang bisa dibeli di sana.

Secara umum  komplek percandian Penataran terdiri dari beberapa candi. Diantaranya adalah:

1. Candi Angka Tahun

Candi Angka Tahun (dok.pri)

Disebut angka tahun karena diatas ambang pintu masuk bangunan terdapat angka tahun 1291 Saka ( 1369 Masehi). Di kalangan masyarakat Blitar candi Angka Tahun ini dikenal dengan Candi Browijoyo karena model bangunan ini dipergunakan sebagai lambing Kodam V Brawijaya. Kadang-kadang adayang menyebut Candi Ganesa karena di dalamnya ada arca Ganesa.

2. Candi Naga

Candi Naga (dok.pri)

Candi Naga terletak di sebelah kanan Candi Induk. Disebut Candi Naga karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan figur-figur atau tokoh-tokoh seperti raja sebanyak sembilan buah yang sebelah tangannya mendukung tubuh naga yang melingkari bagian atas bangunan. Fungsi Candi Naga adalah untuk menyimpan benda-benda upacara milik para dewa dan untuk pemberian kesaktian benda-benda milik kerajaan Majapahit.

3. Candi Induk

Candi Induk (dok.pri)

Bangunan candi induk adalah bangunan paling besar diantara bangunan-bangunan candi yang lain.  Terletak di bagian belakang yakni bagian yang dianggap paling suci. Bangunan induk ini terdiri dari tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,91 meter. Teras pertama pada dinding sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berbentuk undak-undakan. Pada teras kedua bentuknya hamper sama dengan teras pertama namun bagian yang menjorok bukan ke dalamtetapi keluar dengan bentuk lebih kecil. Teras ketiga bentuknya hamper bujur sangkar. Dindingnya berpahatkan area singa bersayap dan naga bersayap.


Selain beberapa candi di atas , kami juga menyempatkan diri berkeliling ke semua komplek percandian. Ada beberapa puing yang terletak di depan Candi Naga. Selain itu ada prasasti bertuliskan huruf Jawa kuno di sebelah kiri candi induk. Sambil berkeliling  kami juga mengamati beberapa relief yang ada di dinding candi. 

Relief Candi (dok.pri)


Relief Candi (dok.pri)

Menuju ke bagian belakang candi ada sebuah kolam berasal dari mata air kuno. Airnya jernih sekali. Konon barang siapa yang mandi atau mencuci muka di mata air ini akan awet muda. Banyak pengunjung sengaja cuci muka di mata air yang kelihatan jernih ini. Begitupun dengan kami. Aku dan anak-anak menyempatkan diri mencuci muka di mata air ini.

Airnya jernih (dok.pri)

Pelestarian Cagar Budaya 

Upaya pelestarian cagar budaya ini merupakan tanggung jawab banyak pihak, bukan hanya pemerintah namun juga masyarakat. Menurut pendapatku secara pribadi,  pada dasarnya pelestarian cagar budaya berdiri dari :
1.   Tugas pemerintah
2.   Tugas masyarakat seputar cagar budaya
3. Tugas kita sebagai pengunjung dan penikmat cagar budaya.



Peran Pemerintah dalam Konservasi Candi Penataran  

Saat ini peninggalan-peninggalan kuno dan cagar budaya yang berada di wilayah Jawa Timur menjadi tanggung jawab dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur yang berkantor pusat di Trowulan Mojokerto. Kegiatannya meliputi pemeliharaan, perlindungan, pemugaran, dan sebagainya.

Terhitung selama sepuluh hari dilaksanakan kegiatan konservasi pemandian di Candi Penataran oleh tim konservasi BPCB Jatim dimulai tanggal 9 hingga 18 April 2019. 

Sumber : kemendikbud.go.id

Metode konservasi yang dipakai yaitu menggunakan mekanik kering, basah dan khemis. Khemis digunakan pada kegiatan ini dikarenakan tebalnya jasad biotis yang menempel pada bagian candi dan kolam. Selain itu pada kegiatan konservasi kali ini juga dilakukan kegiatan penyambungan batu candi yang patah.
Peran Serta Masyarakat Sekitar dalam Menjaga Kelestarian Cagar Budaya Candi Penataran

Dilansir  dari surya.co.id pada pertengahan bulan Oktober 2018 delapan petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dibantu mahasiswa sejarah Universitas Negeri Malang mengadakan survey di sekitar Candi Penataran.

Selama 7 hari survey ditemukan 100 titik temuan benda yang menjadi cagar budaya. Benda-benda cagar budaya tersebut berupa balok batu atau oleh masyarakat sekitar disebut jubin kuno, umpak batu, kemuncak, fragmen dorpel, dan benda cagar budaya yang lain.

Yang perlu kita perhatikan dan garis bawahi di sini ternyata masyarakat di sekitar Candi Penataran sangat tahu dan peduli akan  pelestarian cagar budaya. Meskipun benda-benda cagar budaya yang ditemukan berada di kekurangan milik warga, namun tidak ada keinginan untuk menjualnya atau memindahkannya. Warga merawat dan menjaganya dengan baik.

Peran Kita terhadap Kelestarian Cagar Budaya

Sebagai masyarakat penikmat cagar budaya kita juga harus memperhatikan banyak hal agar Kelestarian cagar budaya terjaga. Diantaranya adalah:
1. Menjaga kebersihan area cagar budaya dengan tidak membuang sampah sembarangan.
2. Tidak merusak cagar budaya yang ada.
3. Tidak melakukan aksi vandalisme atau mencorat- coret benda cagar budaya.
4. Tidak melakukan pencurian benda purbakala atau prasasti di tempat cagar budaya.
5. Membagikan foto dokumentasi cagar budaya yang kita kunjungi melalui media sosial. Sepertinya sepele yaitu berfoto di cagar budaya, tapi dengan cara seperti itu masyarakat jadi tahu tentang cagar budaya tersebut. Dan itu merupakan salah satu cara untuk melestarikannya.

Ini merupakan salah satu opiniku tentang pelestarian Cagar Budaya  Indonesia yang merupakan tanggung jawab kita bersama. Bukan hanya pemerintah, masyarakat sekitar cagar budaya, namun juga tanggung jawab kita sebagai pengunjung cagar budaya. By the way tulisan tentang Candi Penataran sendiri pernah kutulis di blog beberapa tahun lalu. 

Teman-teman punya opini atau pengalaman pribadi tentang cagar budaya? Tuliskan yuk dalam bentuk tulisan dan ikutan " Lomba 
Blog Cagar Budaya Indonesia Rawat atau Musnah."





Referensi :
https://surabaya.tribunnews.com/amp/2018/10/28/istimewa-warga-di-sekitar-candi-penataran-tak-mau-jual-bendaarkeologis
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/pengertian-cagar-budaya-berdasarkan-undang-undang-cagarbudaya
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/candi-penataran-ii-adalah-candi-petirtaan-atau-pemandian-yang-terdiri-dari-2-bilik-pada-bagian-atas-dinding-bilik-terdapat-menaramenara

Buku Komplek Candi Penataran karya Soenyono dan Wisnoe Wardono






40 komentar:

  1. perlu kerjasama antara pemerintah, pihak pengelola dan kita untuk menjaga cagar budaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas. Karena melestarikan cagar budaya ini tanggung jawab bersama bukan hanya satu pihak yan

      Hapus
  2. sebagai turis, peran saya membagikan informasi tempat yang saya kunjungi. tapi peran yang lain juga penting sih ya. pemerintah, warga lokal. emang harusnya dikerjain sama-sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kalau peran kita sebagai turis bisa dengan cara membagikan cagar budaya ini ke medsos ya. Jadi lebih banyak yang tahu dan peduli.

      Hapus
  3. Kalo emang betah nyusurin cerita di reliefnya candi, emang seru, ya, mengunjungi candi-candi di Indonesia ini.

    BalasHapus
  4. Cantik ya Mbak Candi Penataran. Saya belum pernah mengunjungi. Bagus, apalagi ada mata air yang ada ikannya, wah menarik sekali, anak-anak pasti suka. Yang menarik dari mengunjungi candi memang memahami relief dan sejarahnya dari guide.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak ada mata airnya. Konon kalau cuci muka disini bisa awet muda. Mitos sih...

      Hapus
  5. Dari dulu berencana ke Candi Penataran belum kesampaian euy
    Kalau gak salah ada acara khusus deh pada hari-hari tertentu di sana
    Semoga tetap terawat ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk mbak main ke Blitar. Wah kurang tau juga ya mbak kalau ada acara khusus di hari tertentu.

      Hapus
  6. Wah, saya ke candi penataran waktu masih SD. Berapa puluh tahun yang lalu! Iya, setuju pelestarian cagar budaya ada di tangan kita semua. Saya paling sebel tuh, kalau lihat ada coretan vandalisme di candi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah sudah lama sekali ya mbak mainnya. Pas masih SD. Hehehe. Iya kesel kalau sering lihat coretan gak jelas gitu. Ngerusak cagar budaya saja

      Hapus
  7. Setuju banget kak, Kelestarian Cagar Budaya itu tanggungjawab kita bersama. Kita harus menjaganya agar anak cucu kita bisa liat langsung nggak cuma dari foto atau internet :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas..Cagar budaya harus lestari dan bisa kita wariskan ke anak cucu.

      Hapus
  8. Duh saya masih penasaran dg Candi Penataran ini.. mudah2an kapan2 bisa singgah di sini. Ttg peran pemerintah & kita dalam perawatan cagar budaya, setuju banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa main main ke sini ya Mbak. Bagus kok komplek candinya

      Hapus
  9. Sayangnya karena keterbatasan waktu, aku nggak sempet ke Candi Penataran pas ke Kediri bulan lalu. Seger banget kayaknya si kolam kuno itu. Jernih dan ikan-ikannya menyenangkan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah padahal sudah dekat mas kalau dari Kediri. Next time yaa

      Hapus
  10. wah daftar spot wisata candimu banyak juga ya mbak. seneng baca tulisan tentang cagar budaya kayk gini, makin bangga sama bangsa sendiri

    BalasHapus
  11. Aku belum pernah nih ke Candi Penataran. Aku suka penasaran keterkaitan satu candi dengan candi lainnya. Suka ada penanda-penanda yang bisa kita jadikan acuan. Seru benernya belajar cagar budaya tuh... Makasih sharingnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa ke Candi Penataran ya Bu Hani ...bagus kok

      Hapus
  12. Setuju. Mengandalkan pemerintah saja rasanya sulit. Harus ada tanggung jawab bersama sampai ke lapisan terkeciul masyarakat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya melestarikan cagar budaya adalah tanggung jawab kita bersama

      Hapus
  13. pelestarian cagar budaya itu penting sekali . karena sebagai warganegara Indonesia, Kita ingin mewariskannya pada anak cucu nanti.

    BalasHapus
  14. Banyak banget cagar budaya yang bisa di eksplor dan disosialisasikan kembali agar masyarakat Indonesia dan pemerintah bisa bergerak bersama merawat cagar budaya tersebut.

    BalasHapus
  15. Kusangka Candi Penataran itu satu candi doang, ternyata itu kompleks yang terdiri dari banyak candi ya. Cagar budaya yang menarik nih, udah candinya masih bagus, tamannya asri pula. Objek wisata menarik bagi mereka yang jalan-jalan ke Blitar nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Vicky main ke Blitar mbak. Jalan jalan ke Candi Penataran. Dekat dari Surabaya kok

      Hapus
  16. Di depan Candi Angka ada tulisan tahun saka yang sewaktu dengan 1369 M. Nah lamunan saya jadi mengembara ke tahun-tahun antara 0 masehi hingga sebelum penjajahan datang. Bagaimana kehidupan di Pulau Jawa pada masa itu ya? Sekilas pernah dengan yang sekitar tahun 700an sampai 1200an katanya umat Hindu Budha dan Islam hidup damai berdampingan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah Mbak Lina jeli sekali bacanya. Hehehe. Saya juga penasaran dengan kehidupan masyarakat masa itu.

      Hapus
  17. Air kolamnya jernih banget ya.

    Aku tuh kadang suka sedih kalau orang datang ke candi yang kayak gini tapi cuma foto-foto aja. Nggak ada yang salah sih memang, tapi rasanya ada yang kurang aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena nggak semua orang seneng mempelajari sejarah mas. Kebanyakan ke candi ya foto-foto aja. Hehhee

      Hapus
  18. Memang perlu banyak kerjasama untuk pelestarian cagar budaya, termasuk kita yang menjadi pengunjung.

    Itu di mata air beneran banyak ya ikannya. Biru jernih airnya.

    BalasHapus
  19. Ya, kita juga punya andil untuk menjaga dan merawat cagar budaya. Aku setuju dengan poin-poin yang mbak sampaikan. Cagar budaya ini kan warisan bersama, jadi ya kita juga jaga bersama.

    BalasHapus
  20. Bener kak.. merawat cagar budaya adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah mulai pusat sampai tingkat terbawah.. dan masyarakat umum..

    BalasHapus
  21. Bersyukur ya penduduk setempat juga sangat menjaga cagar budaya ini. Karena kalau gk ada kerja sama dari penduduk setempat juga gk akan bisa terjaga atau suliiitt sekali usaha pelestariannya. Memang semua butuh kerja sama yaa 😃

    BalasHapus