Rabu, 29 Maret 2023

(Turki part 6) Masjid Sultan Ahmed

Sumber : wikipedia



Lanjut dari cerita sebelumnya ya guys . Bisa dibaca di Turki part 5. Jadi sehabis ganti kaos kaki,  baju dan sepatu di pertokoan dekat Istana Topkapi aku langsung menuju ke Masjid Sultan Ahmed. Awalnya bingung lewat mana ya kalau ke Masjid. Ternyata tinggal menyeberang dari komplek pertokoan tadi.

Masuknya gratis dan tidak diminta tiket. Saat sampai disana ternyata rombonganku dah sampai di sana duluan dan bersiap berwudhu untuk sholat dhuhur. Ketemu ibuku di toilet.  Dari wajahnya tampak ibuku legaaa sekali ketemu anaknya lagi. Hahaa santai uti, nggak akan hilang kok anaknya.  Kalau nyasar bisa bertanya kok. Meski sudah gede, aku baru sadar buat seorang ibu kita masih dianggap anak-anak. Hihihi. 

Lanjut cerita tentang Masjid Sultan Ahmed.  Pertama kali ngerti masjid ini dari serial Kosem.  Serial Kosem ini adalah serial lanjutan dari Magnificent Century.  Di sini diceritakan saat Sultan Ahmed membangun masjid dan datang saat peresmian Masjid Biru ini. 

Masjid Sultan Ahmed ini berada satu kawasan dengan Hagia Sophia.  Jadi kayak berhadap-hadapan gitu. Saat kita antri memasuki Hagia Sophia,  tampak dengan jelas masjid biru ini di seberang.  Seperti foto yang kuambil saat antri di Hagia Sophia pagi-pagi. 




Masjid Sultan Ahmed disebut masjid biru karena ubinnya. Julukan Masjid Biru tersemat karena interiornya yang menakjubkan, yang dilapisi dengan lebih dari 20.000 ubin Iznik buatan tangan. Iznik sendiri merupakan kota Anatolia yang terkenal dengan tembikar tradisionalnya, ubin keramik Iznik di Masjid Biru ini berwarna pirus.

Tingkat atas Masjid Biru yang disebut kembaran Hagia Sophia ini juga dicat biru. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa Masjid Sultan Ahmed disebut Masjid Biru. Ubin biru itu menampilkan lebih dari lima puluh desain tulip yang berbeda. Motif lainnya termasuk pohon cemara, mawar dan buah-buahan yang membangkitkan visi surga yang melimpah.


Di sini aku tidak bisa mengambil banyak foto karena masjidnya sedang direnovasi. Tapi masih bisa untuk sholat sih meski jarak dari tempat wudhu ke tempat sholat harus jalan dikit. Tidak seperti masjid di Indonesia yang tempat wudhunya nempel di masjid.


Karena sampai di Masjid Sultan Ahmed pas masuk waktu dhuhur,  kami sekalian sholat jaman takdim Ashar di sana. Jadi nggak buru-buru lagi saat Ashar tiba. Karena sedang direnovasi, jadi tempat sholat untuk wanita lumayan sempit dan langsung penuh dengan jamaah.  Alhamdulilah masih kebagian sedikit tempat untuk sholat.  

Ternyata tempat keluar dan masuk buat sholat berbeda. Sempat tunggu-tungguan sama temen satu rombongan yang salah keluar. Tidak banyak foto yang bisa diambil di sini karena masjidnya sedang direnovasi. Foto di taman  depan masjid aja ya berlatar belakang masjid yang sedang direnovasi.



Selesai sholat tampak keributan di depan masjid  . Nggak ngerti masalahnya apa, tapi tampak turis yang sedang dimarahin sama satpam masjid. Turisnya sepertinya nggak terima sehingga terdengar kayak orang teriak-teriak dan berantem. Kurang tau masalahnya apa sepertinya turis yang nggak mau lepas sepatu saat masuk masjid, atau larangan masuk kecuali untuk sholat.  Kurang jelas juga sih. Yang jelas kayak orang berantem aja. 

Bonus foto bajuku yang sama sekali gak matching sama bawahnya long jhon dan kerudung.  Hahaha..maklum beli terpaksa karena kedinginan. Dah dulu ya lanjut cerita menyusuri Selat Bosphorus di Turki part 7.

Sampai jumpa di catatan perjalanan berikutnya.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar