Selasa, 28 April 2020

Mengunjungi Masjid Jogokariyan Jogja

Siapa yang tidak kenal dengan Masjid Jogokariyan Jogja. Awalnya aku juga nggak begitu ngerti tentang masjid ini. Namun berita beberapa tahun terakhir tentang masjid ini terutama kegiatan di bulan puasa dengan menyediakan ribuan makanan berbuka membuatku tahu dan ingin mengerti lebih banyak tentang masjid ini.

Masjid Jogokariyan terletak di Mantrijeron Jogjakarta. Masjid kampung ini mendunia. Beritanya ada dimana-mana. Setiap tahunnya saat bulan puasa masjid ini menyediakan ribuan menu buka puasa dalam piring. Konon uang yang dikeluarkan untuk menu ini sampai 25 juta sehari untuk menyediakan menu berbuka.

Selain itu aktifitas penjual makanan dan takjil di sekeliling masjid membuat masjid ini menjadi terkenal. Ratusan penjual ikut meramaikan jualan di sekitar masjid.

Bukan tidak mungkin jika masjid ini menjadi begitu berbeda dengan masjid-masjid di kampung lain. Pemberdayaan lingkungan dengan berbagai kegiatan positif melalui uang infak masjid patut diacungi jempol. Bahkan ada penginapan murah di sekitar masjid Jokoriyan ini.

Rasa penasaran akan masjid ini semakin besar saat mendengar ceramah Ustad Salim Al Fillah. Aku sangat salut akan aktifitas masjid ini yang bisa menggandeng seluruh masyarakat sekitar agar bisa jamaah di masjid ini. Tentu saja dengan pendekatan yang sangat personal. Jadi yang sebelumnya nggak pernah sholat jadi sholat, yang sebelumnya jarang jamaah ke masjid jadi sering ke masjid.  Pokoknya aku penasaran dengan masjid ini.



Akhirnya akhir Desember lalu dalam sebuah perjalanan ke Jogja jemput anak-anak ke stasiun kami sengaja menyempatkan diri mengunjungi masjid fenomenal ini. Kami sholat Dzuhur dan Ashar di sini. Sambil menunggu sholat Ashar si ayah menyelesaikan kerjaannya di warung kopi dekat masjid.


Masjid ini seperti masjid kampung di daerah Jogjakarta dan Magelang pada umumnya. Bangunannya biasa dan tidak semegah masjid-masjid modern di Jakarta. Tapi aktifitas masyarakat dan pemberdayaan masjidnya patut diacungi jempol.

Sambil menunggu Sholat Ashar iseng nulis status wa kalau lagi di Jogokariyan. Dan Mbak Wien seorang sahabat contesmania membaca statusku dan langsung telepon. Ternyata masjid ini dekat dengan rumah Mbak Wien.  Aku malah baru tau kalau rumah Mbak Wien hanya beberapa ratus meter dari masjid ini. Sayangnya karena sore itu Mbak Wien harus kembali ke kantor jadi nggak bisa ketemuan deh.

Pulangnya aku membeli beberapa cindera mata yang dijual di koperasi masjid. Beberapa gantungan kunci , magnet kulkas dan totte bag bertuliskan Masjid Jogokariyan. Harganya nggak mahal kok.

Gantungan kunci dan magnet kulkas 

Di dekat masjid ada juga yang jualan kaos bertuliskan Masjid Jogokariyan. Aku pun membelinya buat kenang-kenangan. Sekarang sudah nggak penasaran sama masjid ini. Semoga ditiru oleh masjid-masjid lain ya.

Dari berita yang kubaca Masjid Jogokariyan tetap memberikan menu buka puasa . Tapi khusus di pandemi covid 19 ini bentuknya dalam bentuk sebar takjil. Jadi tidak ada acara makan bersama.

Semoga Covid 19 cepat berlalu ya guys. Selamat Menunaikan Ibadah Puasa semuanya.


2 komentar:

  1. Salut dengan pengurus mesjid yang kegiatannya tak hanya bangun mesjid, tapi juga memanfaatkan kas dan donatur mesjid untuk kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Bener kata Pak Ustadz yang ceramah di mesjid dekat rumah: "Ngapain kas mesjid dibuat jadi tabungan sampe ratusan juta. Akan lebih bermanfaat jika dibelanjakan untuk membantu mereka mereka yang membutuhkan, serta kegiatan-kegiatan rohis untuk generasi muda"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mas. Dan itu seperti kegiatan-kegiatan yang dicontohkan di Masjid Jogokariyan Jogja.

      Hapus