Senin, 28 Desember 2020

Berburu Sunrise di Bromo Plus Itinerary


Siang itu 22 Desember setelah aku menyelesaikan salah satu PR artikel di blog si ayah langsung bilang " Ke Bromo yuk ntar berangkat jam 1 siang". Dueng...dueng kaget dong secara pas ayah bilang udah jam 11 siang. Aku siapin mobil, kamu siapin peralatan kata si ayah.

Langsung gedabrukan deh. Untungnya kita lagi liburan di Blitar. Jadi ya meski gedabrukan ada yang dipinjemin. Dari kami berlima yang bawa jaket cuma dua ABG saja. Aku, ayah dan bocil gak bawa apa-apa dong. Langsung pinjem jaket, kaos kaki, topi milik eyang uti, adek sama ponakan kecil . Total kami pinjam 8 jaket. Untung jaket adikku banyak. Soalnya kata adekku di sana dingin banget. Tapi sarung tangan dan syal  udah gak ada. Ntar aja deh beli di Bromo. Pas mau berangkat lupa ternyata aku dan bocil gak bawa sepatu dari Jakarta. Yo wis lah sekalian pinjam sepatu  senam eyang uti dan sepatu ponakan buat bocil.

Jam 2 siang kami berangkat. Tanpa persiapan hotel dan jeep. Sebenarnya ponakan suami punya jasa tour Bromo. Namun ponpes tempat dia ngaji lagi lockdown. Jadi gak bisa pakai jasanya. Langsung deh cari persewaan jeep di internet. Alhamdulilah dapat. Untuk sewa hotel, kami dapat guest house lewat Traveloka. Namanya Cahyo Guest House. Untuk sementara aman urusan jeep dan guest house.

Sekarang ini di masa pandemi  pengunjung Bromo dibatasi 50 persen dari kapasitas normal. Beli tiketnya harus online. Biar praktis kami minta tolong Mas Azhar pemilik jeep untuk sekalian belikan kami tiket masuk kawasan Bromo. Selama liburan sewa jeep dari Cemoro Lawang yang biasanya 600 ribu ada kenaikan 100 ribu rupiah jadi 700 ribu. Tiket Bromo weekday 29 ribu untuk WNI plus tiket jeep 10 ribu rupiah. Total yang dibayar ke pemilik jeep 855 ribu rupiah. Ditransfer 50 persen pas di jalan. Sisanya dibayar setelah selesai tour.

Driver yang akan mengantar kami namanya Mas Gono. Sebelumnya Mas Gono sudah telpon duluan dan nanya kami tiba jam berapa di penginapan. Jam setengah 9 malam kami tiba dan Mas Gono sudah menunggu di pintu gerbang masuk kawasan Bromo Tengger Semeru. Aku baru ngeh kalau Guest House milik Mas Cahyo ini ada di dalam kawasan Bromo. Jadi sebelum masuk guest house kita sudah harus pegang tiket masuk Bromo. Karena tiketnya dipegang Mas Gono jadi kami diperbolehkan masuk oleh petugas di gerbang.


Bapak-bapak penjual syal dan kaos tangan mengikuti kami saat kami tiba di penginapan. Kami membeli 5 kaos tangan tebal seharga 20 ribuan perpiece  dan satu kaos tangan kecil seharga 15 ribu. Selesai beli kaos tangan datang lagi bapak yang lain. Karena kasihan kami beli 2 syal seharga 50 ribu. Ada bapak yang datang lagi. Tapi nggak mungkin kami beli lagi.

Mas Cahyo pemilik penginapan menyambut kami. Satu buah termos air panas ditaruh di kamar untuk minum kopi atau teh. Untuk makan sebenarnya ada restoran dekat penginapan milik hotel sebelah. Tapi sudah mau tutup. Untung bapak-bapak penjual syal menawarkan diri untuk membeli nasi goreng ke bawah dengan sepeda motornya. Alhamdulilah.


Berburu Sunrise di Bukit Cinta 

Pukul setengah empat pagi Mas Gono menjemput kami. Biasanya tamu dijemput pukul 3 tapi karena tahu kami bawa balita Mas Gono memutuskan jemput jam setengah 4 biar gak kedinginan. Sebelumnya kami sudah berwudhu di guest house. Bawa tikar untuk sholat subuh sebelum sunrise.

40 menit kemudian kami tiba di Bukit Cinta. Ada bapak-bapak yang menawarkan diri mengantar sampai atas. Karena gak kuat gendong bocil akhirnya bayar bapak-bapak naik motor. Katanya jauh bu ke atas. Naik motor 100 ribu saja katanya. Ya udah lah daripada ribet bawa tikar buat sholat, gendong dll aku naik motor. Si ayah dan dua ABG jalan kaki ke atas. Baru naik motor bentar , motor udah berhenti. Bu sudah sampai katanya. Abis ini ibu naik tangga ke atas ya. Huhuhu...serasa dibohongi deh. Katanya jauh banget. Ini mah dekat cuma jalannya naik. 10 menit kemudian si ayah dan ABG datang. Langsung gelar tikar buat sholat subuh.

Dan tak lama yang ditunggu muncul. Subhanallah kami bisa melihat sunrise dari atas. Indaah banget. Terbayar sudah rasa dingin dan biaya buat sewa jeep dan motor melihat keindahan matahari terbit dari atas bukit cinta.




Di puncak Bukit Cinta paling atas hanya ada kami dan 5 orang mahasiswa asal Kediri yang mendirikan tenda. Jadi sepi banget. Kami minta tolong salah satu dari mereka buat foto kita sekeluarga. Alhamdulilah bisa lihat sunrise dari Bukit Cinta. Kesannya eksklusif.  Di masa pandemi jumlah pengunjung di Bukit Cinta hanya dibatasi 42 orang. Ambil foto di sini nggak bocor campur orang-orang. Kalau di penanjakan lebih ramai dan jumlah orangnya lebih banyak.


Setelah matahari terbit kami segera turun ke bawah. Ada beberapa warung yang menjual mie instan, kopi , teh dan beberapa gorengan. Harganya standar tempat wisata. Untuk 4 indomie telur, 3 teh, 1 kopi dan 10 gorengan kita bayar 105 ribu rupiah. Oya ada colokan listrik juga. Jadi si kakak bisa ngecharge kamera yang baterainya habis.



Melihat Hijaunya Bukit Teletubbies

Setelah meminta maaf pada Mas Gono yang menunggu lama, kami segera naik jeep dan diantar ke Bukit Teletubbies. Dinamakan Bukit Teletubbies karena mirip dengan bukit-bukit di Film Teletubbies.

MasyaAllah langitnya kelihatan cerah banget. Semua foto di sini diambil pakai hp dan tanpa edit. Asli langitnya baguuuus bangeet. Kami bisa berfoto dengan berbagai pose di atas jeep. Mas Gono pintar banget ngambil foto kita diatas jeep. Bagusnya lagi jeep Mas Gono ini ada besi diatasnya. Jadi kita naik-naik foto diatas. Awalnya aku kira semua jeep dilengkapi besi. Ternyata tidak semua, baru tahu saat jeep kami ada di deretan jeep-jeep di kawah. Nggak salah nih pilih Mas Azhar dan Mas Gono pemilik jeep. 



Menuju Gunung Bromo, Kawah Bromo dan Gunung Batok

Puas foto-foto di Bukit Teletubbies dengan jeep Mas Gono mengantar kami ke Kawah Bromo. Jeep menunggu di parkiran Gunung Bromo.  Kita bisa menuju kawah dengan menyewa kuda seharga 150 ribu rupiah pulang pergi. Karena aku malas pergi akhirnya cuma si ayah, si sulung dan bocil aja yang naik ke kawah. Aku menunggu sambil gelar tikar sama si tengah di parkiran. Cari tempat yang adem di pojokan.






Meski nggak naik ke kawah, kita bisa berfoto dengan latar belakang Gunung Batok. Bisa juga menunggu sambil berkeliling dan melihat para pedagang berdagang souvenir kaos dan bunga kering. Harga kaosnya bervariasi 40 ribu untuk kaos katun dan 20 ribuan untuk kaos TC yang panas. Aku hanya membeli satu buah kaos katun saja untuk oleh-oleh.




Di parkiran sebelum naik ke kawah juga disediakan tempat cuci tangan sebagai bagian dari usaha pengelola Bromo menjaga kesehatan selama pandemi. Kita bisa mencuci tangan di sana.


Oya sebenarnya aku takjub banget karena bocil kuat naik ke kawah. Setelah turun dari kuda harus menaiki ratusan anak tangga untuk sampai ke atas. Dia jalan naik keatas plus digendong si ayah kalau capek. 

Bukit Pasir Berbisik

Sesuai dengan namanya, karena di Laut Pasir Bromo ini ketika angin bertiup kencang, deru angin yang membawa butiran-butiran pasir bagaikan bisikan-bisikan yang menyerukan keistimewaan wisata Bromo. Salah satu sutradara Indonesia Garin Nugroho pernah membuat film dengan judul Pasir Berbisik. Sejak itulah tempat syuting film ini dinamakan Pasir Berbisik.

Melihat hamparan pasir yang luas serasa sedang berada di Gurun Pasir. Karena ini adalah pemberhentian kami terakhir kami menyempatkan berhenti sebentar saja di sini dan mengambil beberapa foto buat kenang-kenangan.


Di sini kami ambil banyak foto seru-seruan. Tempatnya asyik soalnya. Kebetulan langitnya juga bersih dan biru tanpa editan. Semoga suatu saat nanti bisa ke sini lagi ya guys. Yang jelas salah satu wish list dan mimpi untuk jalan-jalan ke Bromo sekeluarga telah tercapai.




Ke Bromo Lewat Mana Habis Berapa

Ada beberapa cara untuk ke Bromo. Dari Jakarta bisa pergi sendiri atau ikut open trip. Biasanya harga open trip bervariasi mulai dari satu jutaan perorang. Tinggal duduk manis semua urusan dari jeep, penginapan sampai makan sudah diurusi. Ada plus minusnya kalau ikut open trip. Minusnya karena kita tidak bebas menentukan waktu dan harus ikutin jadwal open trip. Sisi plusnya harga  terjangkau karena kalau bawa mobil sendiri buat tol pp saja sudah 2 jutaan, belum bensin, penginapan, makan, jeep dan sebagainya. Bisa jadi biaya yang dikeluarkan sama tapi kita harus capek nyetir.

Kebetulan kemarin kita pergi sendiri. Startnya pun dari rumah karena lagi pulang kampung. Jadi biaya yang dikeluarkan relatif lebih sedikit. Oya dari Blitar ke Bromo rute termudah adalah lewat Probolinggo. Jalannya lebih lebar , lebih mulus dan lebih enak daripada lewat Malang.

Biaya yang dikeluarkan meliputi sewa jeep, penginapan, makan malam, sarapan, naik kuda, naik ojek ke puncak bukit cinta,  keperluan beli syal dan sarung tangan.




Berikut biaya yang dikeluarkan masuk kawasan Bromo.

1. Sewa jeep di peak season 700.000

2. Biaya masuk Bromo 5 orang @29.000 weekday. Total 145.000

3. Biaya masuk mobil jeep 10.000

4. Makan malam nasi goreng @25.000. Total 100.000

5. Sarapan di Bromo 105.000

6. 5 sarung tangan @20 ribu. Total 100.000

7. 2 syal @25 ribu. Total 50.000

8. Topi 1 @20 ribu, sarung tangan kecil 15 ribu

9. Guest House 300.000

10. Naik ojek ke puncak Bukit Cinta 100.000

11. Naik kuda pp dari parkiran jeep ke kawah 150.000

12. Naik kuda naik ke kawah saja 100.000

13. Toilet 10.000

Total : 1.905.000 


Biaya diatas belum termasuk bensin dan tol ya guys. Tapi kalau dihitung perorang misal kalian pengin pergi dengan teman-teman hitungannya nggak terlalu mahal karena satu orang hanya mengeluarkan biaya 380 ribuan saja.

Semoga suatu saat nanti bisa ke Bromo lagi saat bukan pandemi. Oya kami menerapkan protokol kesehatan ketat. Kalau kami terlihat tidak memakai masker itu hanya untuk keperluan foto saja. Masker, cuci tangan dan jaga jarak selalu kami lakukan termasuk menghindari keramaian. Bromo relatif sepi saat pandemi dan membatasi jumlah pengunjung.

Selamat Tahun Baru 2021 teman-teman. Sampai jumpa di catatan perjalanan berikutnya. Tulisan khusus tentang penginapan di Bromo bisa dibaca di tulisan next part ya. Tunggu...



30 komentar:

  1. Senengnya bisa mampir Bromo Mba, walau dadakan tetap asyik aja ya. Komplit nih infonya apalagi ada harganya. Bisa nyiapin dana dulu ah.. ajuin ke pak suami.

    BalasHapus
  2. asyik banget. Saya belum kesampaian nih bawa anak-anak ke Bromo. Lihat foto-foto dan baca ceritanya ini jadi mupeng.
    Mesti hati-hati sama yang nawarkan jasa di sana ya mbak, jangan sampai kejadian naik ojek cuma sebentar mesti bayar 100 ribu

    BalasHapus
  3. Uwaa senangnya mbk bisa ke Bromo. Lihat ini jadi kangen ke Bromo.. Aku dulu juga lewat Probolinggo mbk. Baru mau tanya harga sewa jeep, eh sudah komplit dibawah.
    Semoga tahun depan bisa ke Bromo

    BalasHapus
  4. 2017 aku pernah ke Bromo tapi barengan sama teman kantor, inget banget abis arung jeram sampai penginapan jam 7 malam dan jam 12 harus berangkat lagi supaya bisa kejar sunrise di Bromo

    BalasHapus
  5. Senangnya...berarti mending di Bukit Cinta daripada Penanjakan ya lihat sunrisenya..
    Saya ke Bromo sekeluarga tahun 2012 lihat sunrisenya di Penanjakan. Pengin ke sana lagi, karena anak-anak waktu ke sana masih kecil jadi belum pada ngeh...
    Trims infonya, noted buat jadwal ulang ke sana

    BalasHapus
  6. selalu asik liat orang travelling. sendirinya masih belum bisa travelling nih hikz hikzz

    BalasHapus
  7. Hiiihii...dibohongin si bapak-bapak -- deket banget baru naek motor udah harus turun. Melayang deh seratus ribu. Gakpapalah, amal -- yang penting nyampe juga ke atas dan gak berat lagi gembolanya (si bocah permata hati). Bunda belum pernah ke wilayah ini tapi anak-anak perempuan bunda sudah beberapa kali. Pemandangannya indah-indah sebagai background.

    BalasHapus
  8. Ah...rindu untuk menjejak kembali ke Bromo
    Setiap spot nya selalu mengesankan apalagi momentum saat menanti sunrise, hanya sayang setiap saya kesana selalu dalam kondisi yg begitu ramai

    BalasHapus
  9. Aaaahhhh... kangen banget sama Bromo deh, padahal sebelum pandemi kemarin kalau gak salah bulan Feb aku nyaris berangkat ke Bromo itu sama teman-teman fotografi dan emang ingin berburu sunrise.

    BalasHapus
  10. Indah banget ya pemandangannya, beruntung bisa berlibur ke Bromo, pengen ajak anak-anak ke sana, baru sampai Malang mereka...semoga ada rezeki dan kesehatan dan corona cepat hilang biar pikniknya lebih tentram dan aman...

    BalasHapus
  11. Udah pernah berburu sunrise di Bromo tp sm temen2 nih, klo sm keluarga belom mbaa..

    Ih pingin deh...
    Aku dulu mikirnya nunggu anak2 agak gedean...
    Eh tapi si kecil kayaknya enjoy ya mba...
    Semoga bs rame2 ama anak ke sana.

    BalasHapus
  12. Waah...saat peek season, biaya sewa jeep pun jadi meningkat 2 kali yaa..
    Aku kangeeen Bromo.
    Tahun lalu, kami sekeluarga besar berlibur ke Bromo dan harus banget nginep, hehehe..

    BalasHapus
  13. The legend banget ini sunrice Bromo. Pemandangan alam luarbiasa yang banyak dicari orang. Aku pengen suatu saat nanti bisa bawa anak-anak ke sana

    BalasHapus
  14. Baca postingan ini saya jadi kangen bromo, setahun yang lalu sempat ke kawah bromo tapi gak naik ke bukit cinta. Kebetulan waktu itu anginnya kenceng banget jadi malas mau naik, hehe. Seneng banget ya mbak bisa ke bromo, saya nunggu hujan reda dan pandemi dah berakhir aja deh

    BalasHapus
  15. abis baca blognya, rasanya mau ke bromo deh. belum pernah soalnya :)

    BalasHapus
  16. abis baca blognya, rasanya mau ke bromo deh. belum pernah soalnya :)

    BalasHapus
  17. Baca tulisan mba Nunung, kujadi makin ingin ke Bromo bareng anak-anak. Walau kusendiri sudah pernah ke sana. Tapi bepergian dengan pasukan komplit, sensasinya pasti beda ya?
    Terima kasih udah kasih info lengkap berikut pengeluaran untuk trip naik ke Bromo.
    Sehat-sehat selalu yaaa!

    BalasHapus
  18. Aku baru satu kali main ke Bromo sekitar tahun 2013 deh. Anak2 masih kecil, digendong segala hahaha. Seru banget pegang gelas air panas ga terasa gitu kayak air biasa aja :) Kepngen lagi ke Bromo ngulang naik kudanya, nanjak bertangga2 sampe ngos2an hehehe :D

    BalasHapus
  19. Seru banget dadakan begini. Masuk ke sana gak pakai syarat nunjukin surat tes antigen atau Rapid kah mbak?

    Ah, pengen banget lagi ke Bromo sama anak-anak deh baca inii jadinya :D

    BalasHapus
  20. Kadang seru ya road trip dadakan gini! Enaknya ada mobil pribadi.
    Hehe soal abang ojek, anggap aja kasih sedekah mbak :D

    Ehem, even buat ukuran tempat wisata, menurutku indomie itu tetep mahal wkwkwk. Per porsi berarti di atas Rp10 ribu? Batas toleransiku di Rp10 ribu sih. Apalagi ini di daerah "Jawa", bukan Jabodetabek dan Jawa Barat.

    BalasHapus
  21. Kadang seru ya road trip dadakan gini! Enaknya ada mobil pribadi.
    Hehe soal abang ojek, anggap aja kasih sedekah mbak :D

    Ehem, even buat ukuran tempat wisata, menurutku indomie itu tetep mahal wkwkwk. Per porsi berarti di atas Rp10 ribu? Batas toleransiku di Rp10 ribu sih. Apalagi ini di daerah "Jawa", bukan Jabodetabek dan Jawa Barat.

    BalasHapus
  22. Ah...kangen Bromooo... Terima kasih mba, sudah berbagi cerita mengasyikkan dan fotonya cakep2..

    BalasHapus
  23. Wah, saya mendambakan banget dari dulu Bromo itu agak sepi. Dengan adanya pandemi ini, kayaknya terkabil ya apa yang saya dambakan itu.

    Oh ya, di bukit teletubies itu, masih ada papan namanya yang cukup mengganggu itu, nggak?

    BalasHapus
  24. Ada plus minusnya ya wisata saat pandemi. Asiknya, tempat wisata jauh lebih sepi, yg buat aku justru lebih nikmat. Tp di sisi lain kasihan jg dengar cerita para pelaku wisata.
    Btw, terima kasih sudah berbagi cerita tentang Bromo, lumayan ngobati kangen leyeh2 di Bromo.

    BalasHapus
  25. Semoga ada rezekinya bisa bawa bocahku ke sini mbak pasti happy banget dan jadi pengalaman berharga piknik ke Bromo..pemandangannya indah sekali ya..

    BalasHapus
  26. Waaah, seru banget mba. Liburan dadakannya sukses ya mba.. :D Pas lagi sepi lagi ya, jadi leih puas rasanya bisa nikmatin pemandangannya. Pingin juga ngajak anak-anak liburan ke Bromo :) :)

    BalasHapus
  27. Mbaa aku belum pernah ke sini, hepi banget komplit tulisannya plus pembayaran nya. Jadi tau harus memersiaplan apa aja.

    BalasHapus
  28. Kayak aku nih kalo mau travelling suka ngedadak gitu aja..tapi kalo lagi pandemi gini sekarang mah gak berani ngedadak apalgi ada anak yg ditinggalin di rumah hehehe

    BalasHapus
  29. Aku ke Bromo tahun 2013. Baca cerita orang tentang Bromo, bikin aku pengin ke sana lagi. Rindu...

    BalasHapus
  30. waw waw waw seyu banget perjalanannya 😍

    BalasHapus