Rabu, 07 November 2018

Menikmati Pagi di Desa Wisata Penglipuran Bali

Hari masih gelap saat kami check out dari hotel tempat kami menginap di kawasan Teuku Umar Denpasar. Waktu menunjukkan jam lima pagi lebih sedikit saat kami meninggalkan pelataran hotel. Jalanan masih sepi dan lengang saat mobil yang kami tumpangi menembus jalanan Denpasar - Ubud. Sengaja kami check out pagi-pagi karena ingin melihat suasana di Desa Penglipuran . Kami harus berkejaran dengan waktu karena  jam sebelas siang kami sudah harus sampai Bandara Ngurah Rai untuk terbang kembali ke Jakarta.

Di sepanjang jalan tampak beberapa rumah adat dan pura. Suasana yang berbeda dengan Kota Denpasar yang ramai dan tampak modern. Sepanjang jalan ke Ubud ini kami menemukan suasana khas Bali yang jarang dijumpai di kota lain. Suasana yang sangat religius bagi orang Hindu. Mobil kami  sempat beriringan  dengan rombongan orang- orang yang ingin  beribadah ke pura naik truk bak terbuka. Sebuah pemandangan yang langka bagi kami dan langsung kami abadikan.


Rombongan yang mau berangkat ke pura naik kendaraan bak terbuka (dok.pri)

Desa Penglipuran terletak di desa Kubu kabupaten Bangli Bali. Pukul tujuh kurang seperempat kami sampai di desa Penglipuran. Suasana masih sangat sepi. Awalnya sempat ragu-ragu apakah kami boleh masuk dan parkir karena menurut website yang kami baca  Desa Penglipuran baru buka jam 8 pagi. Tapi kalau untuk menunggu smpai jam 8 pagi kami khawatir nantinya tidak sempat untuk mengejar pesawat pulang. Akhirnya setelah bertanya kepada penduduk setempat mobil kami boleh masuk dan parkir di sana.


Tempat kegiatan penduduk desa (dok.pri)


Sekretariat pengelola wisata  desa Penglipuran (dok.pri)

Begitu memasuki gerbang Desa Penglipuran ada semacam pendopo di sebelah kanan gerbang. Sepertinya itu adalah tempat warga desa berkegiatan. Karena masih sepi kami juga belum berani memasuki desa. Kami istirahat sebentar di pintu masuk desa dan mengambil beberapa foto. Oya tiket masuk desa ini adalah 15 ribu untuk dewasa dan 10 ribu untuk anak-anak buat turis domestik. Untuk wisatawan asing harganya beda lagi. 

Berfoto di depan pintu masuk desa Penglipuran (dok.pri)
Akhirnya kami beranikan diri memasuki kawasan desa Penglipuran meskipun hari masih sangat pagi dan belum dibuka untuk wisatawan. Di sepanjang jalan desa kami disambut beberapa penduduk yang ramah dan bertanya kami datang dari mana karena sepagi ini sudah berada di sana. Ada yang bertanya apakah kami menginap disana? Ternyata setelah kami berkeliling baru tahu ada penduduk yang bertanya kami menginap dimana karena ternyata ada homestay juga disana.


Area di dekat depan pintu masuk desa Panglipuran (dok.pri)

Karena masih pagi ada beberapa ibu yang tampak menyapu halaman. Ada juga beberapa bapak dengan pakaian khas putih-putih khas Bali pulang dari beribadah di pura. Udara di desa ini sejuk karena berada 600-700 meter di atas permukaan laut. Udaranya sungguh bersih dan segar. Jauh sekali jika dibandingkan dengan udara di Bekasi yang penuh polusi dan harus kami hirup setiap hari. Desa Penglipuran sangat bersih dan asri.  Tidak salah kalau desa ini merupakan salah satu dari tiga desa terindah di dunia. Rumah-rumah adat  Bali masih dilestarikan dan berbentuk hampir seragam di sepanjang jalan desa.

Suasana pagi di desa Penglipuran (dok.pri)


Jalanan yang bersih dan rapi (dok.pri)


Suasana desa yang asri (dok.pri)

Selain desa yang bersih dan rapi. Salah satu daya tarik desa ini adalah penduduknya yang  ramah-ramah. Hampir semua penduduk yang kami temui menyapa kami dengan ramah. Di sepanjang jalan tampak penjor yang dipasang di depan rumah penduduk. Menurut kepercayaan masyarakat Bali hiasan penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan, yang dikaruniai oleh Hyang Widhi Wasa.

Depan rumah penduduk yang asri (dok.pri)



Di ujung desa agak ke atas ada sebuah pura yang digunakan penduduk desa untuk beribadah. Letaknya agak sedikit di atas ketinggian. Kita harus menaiki beberapa anak tangga untuk menuju ke sana. 
Pura Penataran Desa Penglipuran (dok.pri)


Pura Penataran diujung desa Penglipuran ( dok.pri)


Pura Penataran  di ujung desa (dok.pri)

Di depan Pura Penataran  (dok.pri)


Di sebelah kanan  pura  ada jalan menuju hutan  bambu. Ada jalan setapak kecil menuju kesana. Kira-kira 50 meter dari pura tampak kawasan yang dipenuhi dengan pohon bambu. Tempatnya sangat instagrammable, namun karena si kecil agak kurang enak badan jadi kami berfoto seadanya saja. Padahal sebenarnya kalau niat foto dan berlama-lama tempatnya sangat indah dan instagrammable. 

Jalan setapak menuju bamboo forest (dok.pri)

Bamboo Forest (dok.pri)
Hutan bambu ini adalah jalan raya, jadi ada beberapa motor dan mobil yang melintas. Untuk bisa befoto disini menunggu jalan sepi dulu agar tidak tertabrak kendaraan bermotor. 

Tidak terasa lebih dari satu jam kami berkeliling desa yang indah ini. Sudah waktunya kembali ke Denpasar untuk mengejar pesawat yang akan membawa kami pulang ke Jakarta. Sebelumnya kami sempatkan dulu sarapan pagi di depan desa Penglipuran. Teh hangat dan nasi rames cukup membuat kami kenyang sebelum meninggalkan desa ini. 

Selamat tinggal desa Penglipuran. Meskipun sebentar kunjungan ini sangat berkesan. Kapan-kapan pengin berkunjung ke sini lagi dengan duo krucils yang kali ini harus sekolah dan nggak ikut liburan ke Bali. 









16 komentar:

  1. Wow, senangnya ke Desa Penglipuran Mba. Aku pengen banget ke sana. Katanya udaranya bersih banget, ya. Anyway, sukses ya Mba, buat lombanya. Salam buat krucilnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas udaranya bersih dan sejuk. Semperin main ke sini deh kalau ke Bali.

      Hapus
  2. BALIIII!!!

    Duh, saya jadi mupeng ingin liburan ke Bali :'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuuuk...main ke Baliiii. Bali itu ngangenin ya. Saya aja 3 kali ke Bali belum puas. Kemarin kali keempat saya liburan ke Bali.

      Hapus
  3. Bagus banget ya pemandangan desanya, jadi ingat salah satu desa di pulau Buton yang biasa disebut Little Bali, sekilas kayak desa ini, bersih, rapi, meskipun banyak anjing mondar mandir di jalan hhehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah ada juga little Bali di Pulau Buton ya Mbak. Di desa ini juga sebenarnya banyak anjing mondar-mandir Mbak. Hehehe..

      Hapus
  4. Huaaaa cita2 bgt pas thn lalu pengen ke sini, apadaya waktu mefet mb hihi
    Jd akhire skip
    Pdhl aku pingin futu2 dg background rumah adat yg ada umbul2e itu, kliatan berbudaya bgt soalnya hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...aku juga sudah lama pengin kesini baru kesampaian kemarin. Hihihi..yuk ke Bali lagi. Eh repot ya bawa bayii..

      Hapus
  5. Desa Penglipuran ini awesome sekali, sering baca review/cerita tentang perjalanan/kunjungan teman-teman ke sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Tuteh. Baguuus banget emang Mbak. Waah teman-teman juga udah pada kesini ya Mbak. Saya juga pengin kesini gara-gara sering lihat foto-foto desa ini di instagram.

      Hapus
  6. Ngeliat fotonya aja kayaknya ini desa nyaman banget buat ditinggalin, selain penduduknya yg ramah pasti suasananya mendukung. Klo aku pasti tidur mulu kali main ke sana ✌😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Desanya adem banget Manda. Enak sepi..bersih...udara segar. Ayo kalau ke Bali jangan lupa main ke sini Manda.

      Hapus
  7. Dari fotonya aja udah kerasa adem ya Mbak. Memang gak salah kalau desa ini dibilang desa paling bersih sedunia.

    BalasHapus
  8. Baguuus banget yaa desanya. Aku mah bakal betah bangt kalo bisa tinggal di area yg masyarakatnya sudah sadar kebersihan seperti ini. Sehingga desanya bisa selalu terlihat cantik dan jd tempat wisata malah. Kalo ke bali lg harus bisa kesana juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak...desanya enak. Bersih gitu. Kalau main ke Bali lagi harus mampir sini deh kayaknya.

      Hapus